Namaku Aiden, berwujud cahaya yang sangat dinanti oleh semua orang. Pada setiap pagi menjelang aku pasti datang untuk menemani kokok ayam jantan yang dengan sombongnya menunjukkan suara melengkingnya.
Ayam jantan itu selalu berkata bahwa karena kokoknya yang nyaring dan merdu itulah aku datang. Haha… Sesungguhnya dia salah, sangat salah. Namun aku tak memiliki kemampuan untuk menampik semua kata yang dia ucapkan. Biarkan saja, asal dia bahagia.
Aku memilih untuk diam dan melakukan tugasku. Membuat seluruh alam semesta tersadar akan tugas harian mereka. Ketika sinarku mulai merayapi jendela kamar masing-masing orang, mereka akan memicingkan mata dan menggeliat.
Yaaahhh… begitulah. Kedatanganku akan menyadarkan mereka bahwa mereka harus segera membuka mata dan segera tersadar dari mimpi indah.
Embun yang menetes pun segera beranjak pergi ketika melihatku. Bunga-bunga bermekaran dan burung-burung bercicit gembira menyambutku. Indah. Satu kata yang mampu menggambarkan sebuah kebahagiaan.
Sesungguhnya ada satu hal yang membuat aku bersemangat terbit dan muncul di pagi hari. Ya, ada satu hal yang selalu membuatku merasakan keindahan dan wangi bunga di hati. Aku ingin segera berjumpa pujaan hatiku. Awindya.
Ya, Awindya. Sebuah gunung yang tegap dan tinggi menjulang. Pohon-pohon hijau rapat menutup tubuhnya. Aliran sungai menghiasi wajah cantiknya. Hewan-hewan hutan pun semakin memperindah tampilannya.
Awindya. Aku mencintainya dengan segenap jiwa raga. Aku selalu bersemangat ketika waktuku tiba, demi dia. Untuk melihat kecantikannya yang tak tertandingi oleh siapapun di dunia ini.
Andai bisa, aku ingin selalu di sampingnya. Melindunginya dan menghibur di kala sepi memeluknya. Memberikan kehangatan kepadanya ketika angin mulai bermain berkejaran tanpa tahu bahwa semua yang dilewati merasakan dingin.
Aku Aiden, akan selalu mencintai Awindya apapun yang terjadi.
***
Namun tak disangka, Awindya tidak setuju dengan pemikiranku. Dia meminta agar aku mengikuti putaran alam semesta.
“Tidak Aiden, jangan selalu mendampingiku. Engkau harus pergi ketika waktumu habis di sini. Masih banyak yang membutuhkan kehadiranmu di tempat lain. Aku bisa melakukan semuanya sendiri. Engkau bisa bertemu lagi denganku besok pagi.”
“Tapi Awindya, aku ingin berada di sampingmu. Mendampingimu dan melindungimu. Aku mencintaimu, Awindya. Jangan pernah katakan bahwa aku harus pergi dari sampingmu. Aku ingin tetap di sini bersamamu. Menggenggam tanganmu dan selalu tersenyum bersama. Merasakan suka maupun sedih bersama.”
“Aiden, aku pun mencintaimu. Namun kau tak bisa melawan alam. Ikutilah perputarannya, pada setiap pagi hingga sore hari, kita bisa bertemu dan saling berpelukan. Namun pada petang hari hingga menjelang fajar, biarlah kita merajut rindu agar cinta kita semakin indah.”
Hmmm… begitulah Awindyaku. Selalu bijak dan tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Tapi aku, Aiden! Akan tetap terus berusaha agar aku mampu berada di sisi Awindya. JIka perlu, aku akan menghadap Dewa dan mengatakan kepadanya bahwa aku adalah seorang pecinta Awindya dan tidak ingin berada jauh dari dia. Aku tak ingin mengikuti perputaran alam semesta.
Jika Dewa menghukumku?
Aku akan tetap terus berusaha agar cintaku pada Awindya bisa terwujud dan menjadi nyata.
Wimala Anindya – 19April2021
0