Elegi Januari
Cerita Pendek Elegi Januari Ceritawimala

ELEGI JANUARI

Hari ini tanggal 4 Januari, itu artinya tujuh hari lagi perhelatan besar akan digelar demi kebahagiaan dan masa depan Lea. Ya, tanggal 11 Januari nanti,  Lea dan Bayu, tunangannya akan menikah.  Rencananya akad nikah akan dilangsungkan di masjid Al Ikhlas yang berada di dekat rumah Lea pada pagi hari.  Resepsi akan dilangsungkan di sebuah gedung di sekitar perumahan,  dengan mengundang teman dan keluarga serta kerabat dekat saja  pada malam harinya.

 

Semua persiapan acara sudah beres,  hanya tinggal pelaksanaan saja pada harinya.  Lea maupun Bayu sudah tidak sabar menunggu waktu. Namun memang detik demi detik terasa begitu lambat bagi mereka berdua.

Ditambah lagi masa satu minggu ini akan mereka lalui tanpa pertemuan.  Dipingit,  kalau kata orang tua dahulu.  Tetapi pingitan masa sekarang tentu berbeda dengan pingitan masa lalu,  mereka tetap saling berhubungan lewat ponsel.  Entah menelpon ataupun lewat media sosial lainnya.

 

“Lea,  aku kangen.  Kapan kita ketemu ya,  kok lama sekali sih,” kata Bayu di telepon.

 

Lea tertawa, “bahagianya ada yang kangen padaku,”

 

“Ya iyalah aku kangen.  Ga mau ya dikangenin?” rajuk Bayu di ujung telepon.

 

“Gitu aja marah,  aku juga kangen Bay.  Bentar lagi kita ketemu,  udah dulu ya aku mau bobok biar bisa ketemu kamu di mimpiku,” jawab Lea manja.

 

Night my dearhave a beautiful dreamLove you,” jawab Bayu.

 

***

 

9 Januari. Empat puluh delapan jam menuju hari pernikahan yang dinanti Lea dan Bayu.

 

“Lea,  apa kabar hari ini?” sapa Bayu lewat telepon.

 

“Kabar baik Bay,  bagaimana denganmu?  Sehat kan?  Jaga kesehatan ya. Tinggal dua hari lagi hari kita,” jawab Lea ceria.

 

“Hari ini aku sangat sehat, Lea sayang, Ga sabar menunggu dua hari lagi,” sahut Bayu lagi.

 

“Iya,  sama Bay.  Aku pun sudah tidak sabar,” jawab Lea.

 

“Lea,  siang nanti aku pergi sebentar ya. Ada urusan yang harus diselesaikan. Perginya sama Abi kok,  ga sendirian,” kata Bayu.

 

Abi adalah adik kandung Bayu dan masih sekolah SMA.

 

“Hati-hati ya Bay. Ingat, aku menunggumu,” kata Lea pelan.

 

Bunga di rumah Lea ada bermacam-macam jenis dan warna.  Saat semua bunga sedang berbunga, halaman rumah Lea akan terlihat sangat ramai karena banyak warna yang terlihat, ada kuning, oranye, merah muda, putih,  hijau dan masih banyak lagi. Menyiram bunga dan merawat tanaman adalah salah satu kegiatan favorit Lea saat sore hari dan tidak ada kegiatan.

Dia bilang,  melakukan kegiatan di sore hari sambil menunggu matahari tenggelam yang menampakkan warna merah saga di langit biru sangat menyenangkan. Warna senja di langit biru adalah salah satu warna yang disukainya dan selalu mampu membuatnya takjub.

 

Senja belum lagi datang,  ketika suara telpon rumah berdering. Ibu yang mengangkat telepon dan ibu hanya terdiam,  kemudian ada suara agak berteriak kemudian isak tangisnya terdengar.

 

Lea yang mendengar isak tangis Ibu,  langsung masuk ke rumah dan bertanya kepada Ibu yang sedang berdiri sambil berpegangan pada meja telepon.

 

“Ada apa, Bu?” tanya Lea.

 

“Lea…!” kata Ibu sambil memeluk Lea dan semakin menjadi tangisnya.

 

“Ada apa, Bu?” Lea mendesak Ibunya.

 

“Kita harus cepat ke rumah sakit, Lea. Barusan ibunya Bayu yang telpon, Bayu dan Abi kecelakaan,” kata Ibu tersendat-sendat.

 

“Bayu?  Kecelakaan?  Dimana?  Bagaimana keadaannya?” bertubi-tubi pertanyaan Lea.

 

Lea tak mampu berkata-kata. Hatinya terasa panas dan nyeri saat mendengar kabar mengagetkan itu. Airmata tak mampu lagi ditahan, dan mulutnya terus memanggil nama Bayu, lelaki yang akan menjadi suaminya dalam dua hari ke depan.

 

***

 

Di rumah sakit,  Lea melihat Ibu dan Bapak Bayu serta saudara-saudaranya berkumpul di depan ruang operasi. Ibu Bayu langsung memeluk Lea dan mereka menangis bersama.

Karena benturan keras di kepalanya yang menyebabkan pendarahan, Bayu tidak sadarkan diri dan harus segera di operasi. Sedangkan Abi yang menyetir, meskipun tidak mengalami pendarahan hebat, tetapi dia mendapatkan beberapa memar parah di dada. Satu atau dua tulang rusuk dan tangannya diperkirakan mengalami patah tulang.

Sudah lebih dari enam jam Lea duduk tidak tenang di depan ruang operasi Bayu. Matanya bengkak karena menangis terus menerus. Mulutnya komat kamit merapalkan doa demi keselamatan lelaki yang dicintainya. Ibunya selalu menemani di samping, menenangkan dan menguatkan Lea.

Ibu dan Bapak Bayu pun terlihat panik dan tidak tenang dalam duduk. Terkadang berdiri sambil jalan bolak balik. Kemudian duduk kebingungan dan mengusap wajah berulang kali. Terkadang mata mereka melihat lampu ruang operasi. Berdoa dan berharap anak kesayangan mereka mampu melewati semua cobaan yang terjadi.  Doa bertebaran di depan ruang operasi untuk keselamatan Bayu.

Tak lama kemudian,  lampu ruang operasi telah dimatikan pertanda operasi selesai. Dokter keluar dari ruang operasi, Ibu, Bapak,  dan Lea langsung mendatangi dokter.

 

“Bagaimana operasi anak saya, Dok?” tanya Bapak.

 

“Mohon maaf, Pak.  Kami sudah berusaha yang terbaik.  Anak bapak tidak bisa kami selamatkan. Tuhan lebih sayang kepadanya,  Pak,” jawab dokter.

 

“Bayu…!” teriak Lea sambil menangis dan kemudian pingsan mendengar berita yang sangat mengagetkan dan menyakitkan itu.

 

Ditulis pada

09 Januari 2019

 

Ditulis ulang & disempurnakan (meski belum sempurna)

13 Januari 2022

Wimala Anindita

1