Pagi yang dingin berselimut kabut menemani diriku saat aku membuka mata dari mimpi indah semalam. Kembali beraktivitas, melakukan segala macam hal yang terlalu biasa. Bangun pagi, membersihkan mobil, mandi, kemudian sarapan dan langsung berangkat kerja.
Pulang kerja pun aku tetap melakukan hal yang teramat biasa dan tanpa kejutan berarti. Jangankan kejutan, sesuatu hal yang mampu membuat senyumku menghias wajah pun rasanya sulit untuk aku dapatkan. Padahal aku menginginkan sebuah peristiwa dan segala sesuatu yang bisa menyalakan adrenalin dalam diri. Yah, memang begitulah kehidupanku di dalam rumah. Membosankan!
Itulah sebabnya aku mencari berbagai hal menyenangkan di luar rumah. Yang mampu menerbitkan senyum bahkan tawa pada wajahku yang sudah tua ini. Mencari dan mengumpulkan orang-orang yang bisa menyalakan api dan gairah hidup, bahkan mampu mengaktifkan adrenalin yang mengalir dalam darahku.
Hhhmmmm, aku lupa memperkenalkan diri ya. Hai semuanya, namaku Sali. Seorang lelaki setengah abad lebih yang masih terlihat kencang dan bersemangat. Dulu, memang aku tidak seperti ini. Namun sekarang, jangan ditanya. Aku adalah manusia yang penuh energi. Karena aku mampu mendapatkan semua energi yang aku inginkan dan tentu saja tidak menerima penolakan dari siapapun.
Kalian mengerti maksudku?
Tidak?
Baiklah. Aku akan ceritakan kepada kalian, mengapa aku yang sudah setengah abad lebih ini masih terus bergejolak dan penuh semangat. Supaya cepat dan tidak banyak kata terbuang, aku akan menceritakan tentang kemarahanku pada seseorang beberapa waktu lalu.
Yah mungkin aku juga memiliki andil pada kalimat yang dilontarkan oleh Anyelir. Dia adalah salah satu dari puluhan perempuan yang mewarnai kehidupanku. Kepadanya, aku pernah menanyakan tentang kehidupan intimnya bersama suaminya. Mungkin dia kurang nyaman dan membuat dia berkata satu kalimat yang akhirnya membuat aku marah.
“Saya akan ceritakan kepada Bapak, asalkan Bapak cerita juga kehidupan intim bersama pasangan. Termasuk bersama selingan-selingannya.”
Begitulah dia menjawab pertanyaanku. Tentu saja amarahku memuncak!
Dia bilang selingan! Kurang ajar!
Hai Anyelir!
Mereka semua itu bukan selingan!
Mereka semua adalah menu utama untukku! Main course bagiku!
Kamulah! Ya, Kamu Anyelir! Yang merupakan selingan bagiku!
Cih!
Apalah kau! Bukan siapa-siapa!
Tubuhmu tidak sintal dan montok seperti si Boni.
Kamu pun tidak sekaya si Bleki.
Engkau juga tak mudah ditemui layaknya si Bruno. Sok jual mahal! Hih!
Dadamu tak semenonjol si Nero.
Pantatmu tak seelok si Moli.
Mobilmu juga tidak semewah si Tobi.
Lalu apa yang kau banggakan hingga kau memanggil mereka semua “para selingan” milikku?
Hah!
Aku memang tak akan menyebutkan satu per satu semua main course milikku di sini. Yang pasti, mereka ada dan jumlahnya lumayan untuk bisa selalu membuatku bahagia dan merasakan surga dunia. Jangan pernah memanggil mereka selingan, sebab mereka adalah hidangan utama! Ingat itu, hidangan utama!
Banyak?
Haha… Entahlah, aku tak bisa mengatakan banyak atau sedikit. Yang penting bagiku, mereka siap memberikan pelayanan terbaik untukku saat aku butuhkan. Tidak mengecewakan. Lumayanlah, aku bisa melepaskan hasrat hampir tiap hari.
Ups… bukan tiap hari aku rasa, tetapi tiap saat.
Kalian tahu? Aku bisa melakukan beberapa kali “sex chat” dengan beberapa orang sekaligus. Bahkan melakukan “sex video” juga dengan mereka pada waktu-waktu yang tentu saja tidak pernah disangka orang lain. Ya, aku melakukannya saat jam kerja! Tentu saja untuk yang video, aku tak bisa melakukan bersamaan. Satu per satu saja. Dia senang, aku senang. Selesai. Jangan sampai mereka saling tahu satu sama lain.
Bisa hancur dunia persilatan! Yang penting, aku harus hati-hati dan jangan sampai salah chat dengan mereka.
Hahaha….
Aku bangga pada diriku sendiri. Pasti tidak ada orang lain yang melakukan hal nekat seperti aku. Betul kan? Bahkan teman kerjaku pun tidak ada yang sadar kalau aku sering ke kamar mandi dan aku membutuhkan waktu yang lumayan lama di dalamnya. Tentu saja dengan berbekal telepon genggam dan earphone agar suara si dia di ujung sana tak terdengar oleh orang lain.
Setelah pulang kantor pun, aku bisa menemui mereka. Bagaimana pun caranya. Entah bilang masih meeting, macet parah di jalan, atau hanya mampir beli martabak. Di tempat orang jualan martabak pun, aku bisa janjian dengan seseorang. Lumayan kan, sambil menunggu martabak matang, kami bisa saling melepas hasrat di dalam mobil.
Mengapa tidak, saat sore hari dengan badan penat yang butuh istirahat. Aku bisa merasakan dunia yang tiba-tiba berwarna merah dan menaikkan gairah. Merasakan sentuhan-sentuhan hangat yang mampu membuatku menggeliat. Yah, dunia sempit di dalam mobil ini tiba-tiba menangkap banyak warna meskipun mataku kadang tertutup kadang terbuka. Benar-benar petualangan yang harus diulang, diulang, dan diulang kembali.
Hahaha… Sekali lagi aku bangga pada diriku sendiri.
Apa?
Nakal kau bilang?
Hah… aku hanya memberikan kebahagiaan kepada mereka. Kami sama sama senang dan tidak merasa dirugikan.
Lalu kenapa?
Kalian iri?
Mau ikutan?
Hah… kalian mampu?
Aku Sali, lelaki setengah abad lebih dengan berbagai kelebihan. Kalian tak akan mampu menandingiku. Aku yakin. Sebab aku adalah Sali, pemilik beberapa rumah, beberapa motor, beberapa mobil, beberapa usaha, dan yang membuat mereka semakan menempel padaku adalah, panggilanku “Pak Haji”. Haji beneran? Tentu tidak! Aku hanya pernah melakukan umroh. Tetapi lumayanlah, karena panggilanku itu, nyatanya “main course” milikku semakin bertambah. Hhhmmm… enaknya memiliki begitu banyak menu utama dalam hidupku.
Hahaha….
Oh iya… Kalian tahu?
Tak mudah memiliki banyak perempuan dalam hidupmu! Kalian harus pandai berbohong dan membuat sebuah drama atau alibi untuk perempuan lain yang akan bertanya tentang kabarmu.
Pernah suatu kali, sekian tahun yang lalu. Aku cuti dari kantor, tetapi aku tetap masuk kerja seperti biasa dari rumah. Berapa kebohongan? Dua, catat ya. Dua.
Kemudian kepada perempuan lain, aku katakan bahwa aku cuti dari kantor karena harus membereskan talang yang bocor di rumah. Tiga kebohongan.
Kenyataannya, aku pergi ke luar kota dan janjian ketemu dengan si Coco di sana. Bertemu di sebuah mall, kemudian kami berjalan berdua dan akhirnya ya tentu saja harus melepas hasrat dong. Rugi kalua tidak terlaksana kan. Aku sudah mengeluarkan dana untuk dia. Kepada Coco, tentu saja aku janjikan untuk selalu setia kepadanya dan suatu saat nanti aku akan meresmikan hubungan kami. Empat kebohongan.
Cerita di atas, adalah salah satu contoh alasan dan alibi yang aku lakukan.
Atau bisa juga melakukan alibi pura-pura sakit. MIsal aku janjian hari Kamis, maka aku sudah pura-pura sakit sejak hari Selasa. Sampai Rabu kan belum membaik, jadi ke kantor pun memakai jaket tebal. Jadi hari Kamis aku bisa ijin sakit dari kantor. Urusan yang di rumah? Ah, gampang! Pakai saja jaket saat hampir sampai kantor.
Beruntung aku tidak duduk terus di kantor. Aku memiliki tempat persembunyian. Jadi di tempat tersembunyi ini aku bisa melepas jaket tanpa ketahuan teman-teman kantor. Di tempat tersembunyi ini pula aku bisa melakukan berbagai macam hal dengan para menu utamaku.
Bukankah aku hebat?
Akui saja kehebatanku!
Apa Kau bilang?
Aku si tua nakal gila?
Terserah apa pendapat kalian, aku tak peduli!
Yang penting aku senang. Titik!
Nah, dari cerita di atas tentu kalian semua sudah tahu ya mengapa aku marah pada Anyelir. Seenaknya dia bilang selingan. Padahal mereka bukan selingan tetapi menu utama. Semuanya menu utama. Camkan itu!
Namaku Sali, lelaki setengah abad lebih. Aku bangga pada pencapaianku mengumpulkan para “main course” dan saling membahagiakan satu sama lain.
Maka sekali lagi aku tegaskan padamu, Anyelir. Jangan pernah memberi label selingan untuk mereka yang selalu siap memberikan kepuasan kepadaku kapan pun aku mau. Jangan pernah juga kau buka rahasiaku kepada mereka. Aku tak mau mereka mengetahui semuanya kemudian meninggalkan aku sendiri.
Aku tidak mau hidup sendiri tanpa menu utamaku yang memberikan semua yang aku inginkan kapan pun aku mau. Jangan pernah sekali pun kau buat aku kehilangan duniaku yang penuh hasrat. Kau tak sedikit pun memiliki hak untuk mengosongkan dunia buatanku.
Anyelir!
Dengarkan kata-kataku!
Camkan itu baik-baik!
Awas kau!
Aku Sali, lelaki setengah abad lebih.
Anyelir! Kau, bukan siapa-siapa!
Mereka, menu utama dalam hidupku! My main course!
14Januari2022
0