Bab 8. Sri, Pacar Seumur Hidup
Novel Prosa Liris The Player Sri, Pacar Seumur Hidup

BAB 8. SRI, PACAR SEUMUR HIDUP ( Bagian 4 )

Aku bergegas mencari informasi ke bagian HRD untuk menanyakan perihal karyawan baru yang aku lihat tadi.

Betul!

Kata HRD, nama karyawan baru itu adalah Rudan Didan Salimun Ardiansyah!

Didan!

Didanku!

Ah, aku termenung di meja kerjaku. Banyak tanya menari di dalam kepala. Apakah dia masih Didan yang sama dengan yang dulu? Apakah dia masih mengenaliku? Apakah dia masih mau kenal denganku? Apakah dia sudah menikah bahkan sudah punya anak?

Ah… pertanyaan terakhirku rasanya tidak perlu aku tanyakan. Pasti dia sudah menikah. Tetapi tentang anak, aku tidak tahu. Hehe.

Yang pasti tubuhku lebih gempal dibandingkan duapuluh lima tahun yang lalu. Pasti sudah ada perempuan yang merawatnya.

Siapakah istrinya? Apakah dia jadi menikah dengan Rieka, pacarnya dulu?

Hmmm…

Sepertinya aku harus bersabar dengan semua tanya. Namun sebelumnya, Aku harus segera menyapa Didan saat ada kesempatan.

Semoga aku bisa bertemu Didan secepatnya. Aku sudah tidak sabar.

 

***

 

Siang itu aku makan di kantin pabrik. Aku melihat Didan juga sedang mengambil makanannya. Maka, aku pikir inilah kesempatanku untuk menyapa dan mengobrol dengannya.

Ketika dia berjalan untuk mencari tempat duduk, aku mencoba berjalan cepat agar bias mensejajarkan langkahku dengannya.

“Didan?” sapaku pelan sambil melihat dia.

Dia langsung menoleh kepadaku dan langsung bertanya namun dijawabnya sendiri.

“Sri? Sri Martini? Sudah lama sekali ya?” kata-kata beruntun keluar dari mulutnya.

Setelah saling tersenyum, kami segera mencari tempat duduk. Berjabat tangan kemudian tertawa bersama.

Kami bercerita panjang lebar tentang semua hal.

Tentang kemana dia setelah lulus kuliah, sudah bekerja di mana saja selama ini, tentang siapa istrinya dan berapa jumlah anak yang dia miliki.

Akhirnya aku tahu bahwa Didan benar-benar menikah dengan Rieka, pacarnya dulu dan memiliki dua orang anak.

Sama denganku, menikah dengan pacarku di masa sekolah dan memiliki dua orang anak.

Beberapa hal lain juga memiliki kesamaan antara aku dan dia. Cerita-cerita masa lalu selama kami tidak bertemu telah kembali menyatukan dua teman yang pernah merasakan saling ketergantungan antara satu dengan lainnya.

Cerita berkembang bagai bunga mawar yang pelan tapi pasti mulai menampakkan keindahan kelopaknya setelah tidur panjang pada sebuah masa bernama kuncup.

 

Wimala Anindita

Bandung, 200820

0